PSGA PTKIN Bahas Kontra Radikalisme di Kampus

By Admin

nusakini.com-- Peristiwa bom surabaya yang melibatkan perempuan dan anak-anak menjadi keprihatinan dan perhatian bersama Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Perguruan Tinggi Keagaman Islam Negeri (PTKIN) se Indonesia. 

Mereka menggelar Temu Konsultasi Jaringan Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Publikasi Ilmiah di Serpong, 24-26 Mei 2018.  

Membuka kegiatan ini, Sekjen Kemenag Nur Syam mengingatkan pentingnya PGSA dalam ikut mengawal diseminasi kontra radikalisme di kampus PTKIN. Fenomena bom Surabaya membuka mata pentingnya pengarusutamaan program pemberdayaab perempuan dan anak di kampus.  

"Program gender mainstreaming perlu juga merespon fenomena mutakhir tentang kontra radikalisme, terorisme, atau semacamnya. Fenemona pelaku bom bunuh diri dari kalangan perempuan dan anak di Surabaya kemarin menjadi salah satu contoh untuk kesatuan program tersebut," terang Nur Syam di Serping, Kamis (24/05) lalu. 

Hal senada disampaikan Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi. Untuk merealisasikan program kontra terorisme, diperlukan agen-agen moderasi agama di PTKIN melaluai PSGA.  

“Tidak ada pilihan lagi sekarang, ketika terjadi ledakan bom di Surabaya, di mana pelakuknya hanya dari satu keluarga saja, maka PSGA harus mengambil peran untuk menjadi agen moderasi agama," ujar Suwendi.  

Menurut Suwendi, Kemenag mendorong PSGA untuk melakukan penelitian sekaligus pendampingan korban bom. Langkah ini penting dalam rangka merumuskan upaya antisipatif.  

"Jika PGSA bisa menjadi agen moderasi agama, diharapkan kelompok-kelompok itu dapat diminimalisir atau bahkan bisa dihilangkan,” papar Suwendi. 

Kasi Penelitian Mahrus menambahkan kegiatan temu konsultasi PSGA ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kerja-kerja penelitian untuk evaluasi, antisipasi, dan mengungkap potensi yang ada dari setiap fenomena tindakan perempuan dan anak.(p/ab)